Demam
berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu perhatian
serius. Pada januari 2010,
Dinkes Kota Bengkulu mencatat 44 kasus DBD dan dua orang diantaranya meninggal.
Penyakit ini ditandai dengan panas mendadak yang dapat mencapai 38 - 40oC,
selain itu juga ditandai dengan adanya bintik-bintik merah akibat
pecahnya pembuluh darah. Jika dilakukan pemeriksaan darah, didapatkan penurunan
trombosit yang cukup signifikan.
Demam
berdarah disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes
Aegypty. Dengan demikian, demam berdarah dapat dicegah dengan melakukan
pemberantasan sarang nyamuk. Selain 3M, salah satu program kesehatan masyarakat yang digalakkan saat ini
adalah pemantauan jentik berkala oleh jumantik. Jumantik adalah orang yang
ditunjuk dan diberi tugas untuk memantau jentik nyamuk dari rumah ke rumah.
Jumantik
tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) tetapi
juga dari masyarakat sekitar dan anak anak sekolah. Memantau jentik tidaklah
terlalu sulit jika kita sudah mengenal ciri ciri jentik nyamuk Aedes
Aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khas yaitu selalu bergerak
aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air
untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan
seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan
air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8
hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma,
gerakannya lamban dan sering berada dipermukaan air. Setelah 1 - 2 hari akan
menjadi nyamuk baru
Pemeriksaan
jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama, periksalah tempat
penampungan air (bak mandi, wc, drum, vas, ban bekas) yang ada di dalam rumah
atau disekitar rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama
kurang lebih satu menit karena jika bernafas jentik akan muncul ke permukaan
untuk bernafas. Apabila gelap dapat digunakan bantuan senter untuk melihat
kedalam tempat penampungan air. Cocokkan ciri jentik dengan uraian di
atas. Jika dapat dipastikan jentik tersebut adalah jentik Aedes Aegypti, maka
petugas kesehatan masyarakat atau jumantik akan melakukan abatisasi dan
pencatatan.
Abatisasi
yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air yang ditemukan jentik, untuk
membunuh jentik yang ada. Tentu saja ini dilakukan dalam rangka mewujudkan
kesehatan masyarakat, agar terhindar dari bibit penyebab DBD. Sedangkan
Pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan dan kelurahan tempat
dilakukan survei pemantauan jentik, nama keluarga dan alamat (lengkap dengan
RT/ RW), jumlah semua penampungan air (container) yang diperiksa, serta jumlah
container yang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung
angka bebas jentik.
Apabila
angka bebas jentik suatu daerah tertentu rendah, maka kemungkinan penduduk
daerah tersebut untuk terkena DBD adalah lebih besar dibanding daerah lain yang
angka bebas jentiknya lebih besar. Hasil pencatatan kemudian dilaporkan ke
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sekitar dan kemudian dilanjutkan ke
Dinas Kesehatan. Jadi mudah bukan melakukan pemberantasan sarang nyamuk? Jika
anak sekolah saja bisa, apalagi kita. Mari ramai-ramai kita cegah demam
berdarah dengan berperan aktif menjadi jumantik.
Blogger Comment
Facebook Comment